Jangan Remehkan Gunung Terendah Sekalipun

Dalam postingan kali ini saya akan mengkritisi hal yang terjadi disekitar saya seputar hiking. Yes Hiking!!! hal yang baru buat saya dan mungkin orang-orang disekitar saya. Semenjak saya suka hiking saya mengikuti beberapa akun di Instagram yang memposting aktifitas-aktifitas mereka seputar hiking. Yang sedang populer sekarang ini adalah hiking di gunung-gunung rendah. Gunung rendah adalah pilihan bagi pemula yang mau memulai hiking. Banyak yang mempromosikan beberapa gunung rendah seperti Sikunir dengan golden sunrise-nya, gunung Andong dengan pemandangan 7 summit-nya, dan yang lagi ngehits adalah gunung Prau dengan bukit teletubbies-nya (semua gunung terletak dijawa tengah). Yang membuat saya terglitik adalah caption beberapa akun yang saya ikuti (yang menurut saya) seringkali melakukan promosi yang menyesatkan. Mungkin niat hati ingin memberikan referensi tapi menurut saya bisa jadi menjrumuskan.
Berkat pesiapan yang yahut, Alhamdulillah kita pulang dengan selamat
Bagaimana tidak caption seperti "Gunung Prau dengan ketinggian bla bla bla easy to climb". Easy to climb? Bagi kamu yang g pernah tau bentuk gunung kayak apa (anggaplah buta soal hiking dan g pernah hiking sama sekali) ketika melihat caption itu, apa g langsung mikir "owh gampang aja ternyata, besok ah kesana". Padahal tau kah kamu gunung Prau itu termasuk gunung yang memiliki Track minim bonus alias minim dataran landai (jika kamu mendaki dari basecamp pathak banteng). Meski sekarang track nya sudah diperbaiki dan dibuatkan tangga oleh pengelola, apakah menurut kamu itu sudah aman? 
Track Gunung Prau -  Jika tidak percaya dengan tanjakannya
boleh dibuktikan sendiri *ingat tetap dengan persiapan*
Bagi saya (yang sudah 2x summit gunung 3000an mdpl dan beberapa gunung kecil), gunung Prau memiliki track yang cukup sulit (ini relatif), track yang terus menanjak membuat tenaga mudah habis. Beda halnya dengan gunung yang mempunyai tipe gemuk, dimana track yang landai akan mudah ditemui dan tenaga tidak akan mudah terkuras. So easy to climb bukannya caption yang cukup subjectif? Easy untuk siapa? apakah ukuran easy orang satu dengan yang lain sama? Hal seperti ini yang membuat saya tidak setuju, Kurang hati-hati dalam membuat caption bisa disalah artikan oleh ribuan follower mereka dan menurut saya bisa menimbulkan bahaya bagi banyak orang. Karena caption seperti itu dapat diasumsikan bahwa semua orang bisa naik gunung dengan mudah. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Fisik yang sehat, mengenali cuaca di gunung yang akan didaki, kontur gunung seperti apa, adakah mata air di gunung tersebut, berapa hari akan bermalam, peralatan apa saya yang sekiranya akan dibawa, dst, semua itu adalah persiapan yang harus dilakukan sebelum naik gunung (Mau gunung TINGGI, Mau gunung RENDAH).
Rempongnya Mau turun - Track dibawah puncak
Oleh sebab itu bagi kamu yang membaca postingan ini, saringlah segala informasi yang kamu dapatkan, cari sumber lain, jangan terpaku hanya satu sumber. Di era informasi yang mudah didapatkan membuat kita harus lebih selektif dalam menerima informasi apapun yang didapat. Menjadi pembaca yang smart sekarang adalah TUNTUTAN jika kamu tidak ingin mendapatkan informasi yang salah.

Meskipun gunung yang akan kamu daki adalah gunung terendah sekalipun persiapan yang matang harus tetap dilakukan. Karena Hiking bukan olah raga hura-hura yang bisa dilakukan mendadak. Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mendaki. Saya g akan bosen untuk terus menegaskan persiapan yang matang adalah cara mengurangi high risk. Kita g bisa menentang kehendak Tuhan, tapi kita bisa mengupayakan yang baik untuk mendapatkan yang terbaik, bukan? Be Safe dude!!!
Hidupmu bukan hanya milikmu, tapi juga milik orang yang mencintaimu dan orang yang kau cintai - Hanna
Previous
Next Post »

Translate This Site